Selasa, 22 Maret 2011

faktor-faktor kekalahan NAZI



Partai Nazi pimpinan Hitler mencoba mengadakan pemberontakan terhadap pemerintahan yang sah namun gagal. Sehingga Hitler dan para pengikutnya dijebloskan ke dalam penjara. Tetapi di penjarapun, Hitler tidak patah semangat,ia tetap menyebarkan pahamnya melalui buku karangannya, yang berjudul "Mein Kampf". Akibat dari ketidakmampuan Republik Weimar2 dalam menangani krisis ekonomi di Negara Jerman, dikarenakan kekalahan perang Jerman pada perang dunia I, sehingga Jerman harus menanggung semua kerugian perang pada negara-negara yang menang perang.Tampillah Hitler sebagai dewa penyelamat bangsa Jerman yang akan mengeluarkan mereka dari kehancuran.
Setelah Hitler terpilih menjadi pemimpin tunggal Jerman, ekonomi lambat laun mulai membaik, hal itu memberi kesempatan bagi Hitler untuk mengembangkan angkatan bersenjatanya. Setelah dirasa kuat, dia mulai menaklukkan negara-negara tetangganya yang dinilai lemah, mulai dari Austria, Ceko, dan Slovakia. Dengan operasi "Blitzkrieg", ciptaan jenderal-jenderal jeniusnya. Negara-negara kuat manapun tak kuasa menahan arus serangan yang begitu cepat seperti petir termasuk Rusia, Perancis, dan Inggris.

Mengambil keputusan yang salah

Setelah sukses menaklukkan negara Austria, Ceko, dan Slovakia, Hitler berambisi menaklukkan negara Polandia, yang dinilai lemah, dan yakin bahwa Perancis dan Inggris tidak mengambil tindakan.Diluar dugaan, ternyata Inggris dan Perancis menyatakan perang terhadap Jerman. Hal itu disebabkan perdana menteri Inggris dan Perancis,yang lunak terhadap agresi militer Jerman diganti dengan perdana menteri yang memiliki pandangan yang berbeda terhadap agresi tersebut.

Blitzkrieg Jerman ke Perancis dalam usahanya membuyarkan konsentrasi pasukan gabungan Inggris dan Perancis di perbatasan selatan Luxembourgh, membuat kalang kabut pasukan gabungan tersebut dengan gaya perang yang meniru serangan tentara Romawi Kuno, yaitu sayap kanan dan sayap kiri diperkuat, sedangkan tengah dibiarkan lemah. Tetapi sayangnya serangan tersebut tidak diteruskan, karena Hitler berharap Inggris mau membantu Jerman dalam aksinya, mengingat Jerman dan Inggris masih satu ras yaitu Anglo-Saxon. Peristiwa ini dikenal dengan nama "Evakuasi Dunkirk"3.

Ketika Nazi Jerman sedang berkonsentrasi perang melawan Inggris di front Afrika dalam rangka memotong urat nadi logistik ke Inggris, Hitler melaksanakan programnya kearah timur yaitu Rusia. Rusia yang semula adalah kawan bagi Nazi Jerman malah menjadi Lawan. Saat itu memang serangan ke Timur hampir sukses hingga masuk ke kota Moskow, tetapi terhenti di luar kota tersebut karena kekurangan logistik dan medan perang Rusia yang masih berupa hutan dan jalan-jalan yang masih alami, kemudian dihantam musim dingin yang mengerikan.

Merasa bangsa yang paling unggul

Sejak Jerman di bawah perintah seorang pemimpin yang diktator, bangsa Jerman didoktrin sebagai bangsa yang paling cerdas, kuat, trengginas, dan suci. Bangsa selain diluar bangsa Arya dianggap tidak ada atau bangsa-bangsa budak.Untuk itu bangsa Jerman perlu tempat yang luas, yang dapat memberikan kemakmuran dan kejayaan.

Hal ini nampak di negara Jerman sendiri, dalam melaksanakan program pemerintah yaitu pembersihan bangsa Yahudi besar-besaran, orang-orang Yahudi dikejar-kejar, untuk dijadikan pekerja paksa atau dibunuh karena dianggap tidak penting. Wanita-wanita Yahudi hanya dijadikan pemuas nafsu belaka para tentara Jerman, orang-orang Yahudi yang berada di kamp-kamp bahkan tidak diberi makan hingga berbulan-bulan.

Ketika Jerman mengalami kekalahan perang di beberapa tempat, semangat perang Jerman juga sudah mulai merosot, alat-alat tempur pun sudah minim untuk diadakan hingga akhirnya truk-truk untuk pengangkut juga sedikit sekali untuk diadakan. Untuk mengadakan truk-truk tersebut, dengan segala koordinasi antara utusan orang Yahudi, perantara orang Hungaria, dan Perwira SS Nazi mengadakan kerjasama untuk barter antara satu juta jiwa Yahudi untuk 10.000 truk di perbatasan Hungaria4. Tetapi hasil kerjasama itu nihil karena pihak Inggris tidak mau membantu kaum Yahudi, yang setiap hari dimasukkan ke dalam kamar gas yang mematikan.

Adanya sekat antara pemimpin fasis Jerman-Italia

Mussolini adalah pemimpin fasis di Italia dan lebih dulu terkenal ketimbang Hitler, karena keberhasilan militernya dalam agresi ke Ethiopia dan Libya. Sedangkan Hitler adalah pemimpin fasis yang masih pemula, kekuatan angkatan bersenjatanya pun masih kurang diberdayakan. Mussolini menganggap remeh rekan fasisnya itu. Setelah Hitler kuat, mencoba melaksanakan agresinya ke Austria, Ceko, Slovakia, Polandia, Perancis dan negara-negara disekitarnya. Muncullah rasa iri, dengki di hati fasis Italia ini. Diapun ingin menunjukkan kemampuannya mencoba melancarkan agresinya ke arah Balkan, saat itu Italia sedang berperang dengan Inggris di Mesir. Jadi kekuatan angkatan bersenjata Italia dibagi dua, hingga akhirnya agresi militer ke Yunani mengalami kegagalan, di front Afrikapun tentara Italia dapat dipukul mundur oleh Inggris.

Hal ini malah membuat berang Hitler dan menyalah-nyalahkan Mussolini karena ketidakmampuannya dalam sebuah operasi ofensif, terpaksa Hitler harus menerjunkan pasukannya dalam kancah perang Balkan dan Afrika. Ketika pasukan gabungan Jerman Italia dapat dipukul mundur dari Afrika, kemudian pulau-pulau Italia pun dapat dikuasai, rakyat Italia tidak lagi menaruh simpati kepada Mussolini dan membenci Jerman ketimbang sekutu. Rekan-rekan Mussolini pun berbalik untuk menggulingkannya, sehingga Mussolini terpaksa meminta bantuan Hitler lagi. Tapi Hitler malah menghina Mussolini, sampai akhirnya Raja Emanuel5
memerintahkan untuk menangkap Mussolini dan diturunkan dari jabatannya sebagai perdana menteri.

Kesimpulan

Sejak bangsa Jerman merasa dirinya bangsa yang paling unggul, bangsa-bangsa lain dianggap remeh, bodoh dan tidak berguna, sehingga banyak negara yang  membencinya, bangsa Jerman tidak mengukur kemampuan sendiri. Mereka tidak menyadari bahwa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara satu sama lain saling membutuhkan tidak ada yang bisa hidup sendiri. Hal ini tersebut menyebabkan banyak musuh, dengan demikian ketika Jerman berperang melawan sekutu, bangsa-bangsa yang didudukinya  memberontak, sekutunya sendiri  berbalik menyerang yaitu tentara Italia dan Rusia. Fasis Spanyol6 dan Perancis Vichy7 enggan membantu Jerman.
Pemimpin Jerman terlalu berambisi untuk mencaplok suatu Negara. Dia tidak mempertimbangkan secara matang mana yang diserang atau apakah dapat dilaksanakan penyerangan  . Padahal Polandia diakui kemerdekaannya oleh Perancis dan Inggris. Negara ini lebih dekat dengan kedua Negara tersebut,sehingga kalau Polandia diserang oleh negara manapun maka Inggris dan Perancis pasti akan turun tangan. Mungkin kalau Jerman menyerang Negara yang tidak popular atau Negara yang tidak dekat dengan Inggris Perancis, tidak akan pecah perang dunia II. Atau mungkin Jerman membantu Finlandia menyerang Rusia kemungkinan tidak pecah perang dunia II.

Kalau saja sesama pemimpin fasis tidak adanya rasa ego yang tinggi, mau bekerjasama, mungkin Jerman akan sangat lama untuk dikalahkan. Kita lihat saja peristiwa tentara Italia menyerang Balkan, bukan karena tentara siap berperang, tapi karena Mussolini merasa terlangkahi oleh rekannya itu, karena Hitler sedang naik pamor. Fasis Spanyol tidak mau membantu Jerman, karena Hitler tidak mau memberikan bekas Negara jajahannya di Afrika, yang saat itu sedang diduduki Perancis Vichy. Hal ini menyulitkan Hitler untuk mempertimbangkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar