Nani, lahir di Praia, ibu kota Tanjung Verde sebuah kepulauan di pantai barat benua afrika pada 17 November 1986. Tak lama setelah itu seluruh keluarganya berimigrasi ke Portugal demi kehidupan yang lebih layak.
Sayang kondisi tersebut tetap tidak mengubah kehidupan mereka karena mereka tetap miskin. Kondisi ini membuat sang ayah Domingos sampai tega meninggalkan keluarga dengan kembali ke kampong halamannya. Nani yang di tinggal ayah masih berusia lima tahun kehilangan sosok pemimpin.
Berselang beberapa tahun ia kehilangan kasih saying seorang ibu karena Maria bekerja dan menetap di Belanda. Jadilah boca yang bernama lengkap luis carlos Almeida da Cunha itu tinggal bersama sang bibi, Antonia Almeida.
Hidup tanpa orang tua di usia semuda itu memang sangat berat. Apalagi Nani hidup di Magdalene sebuah kota yang merupakan kawasan terburuk di Portugal. Ini nyaris membuat nani menjadi pengedar narkoba. Namun kecintaannya terhadap sepak bola mengubah jalan hidupnya.
Diusia delapan tahun, anak bontot dari Sembilan saudara ini sering melihat salah satu kakaknya berlatih di klub local, Real sport Clube Massama. Dasar doyan Bal-balan ia pun tak bisa menhan diri untuk turun kelapangan.
“seingat saya ia selalu bermain bola, ia bermain selama enam hingga depalan jam sehari dengan semua orang dan dimanapun dengan berlagak seperti idolanya Luis Figo,” Ujar sang bibi seperti dilansir sitis mirror.
Saat teman seusianya terlibat narkoba dan obat-obatan terlarang Nani berlatih keras. Teman-temannya hanya tertawa saat ia berkata bahwa suatu hari nanti ia akan menjadi salah satu memain Man. United. Dan kini ia telah membuktikan omongannya tersebut. Cinta nani terhadap futebol memang luar biasa. Ia rela berjalan 5kilometer ketempat latihan karena ia tidak mempunyai uang untuk ongkos kereta.
Karier pemain yang saat kecil sering tidur dengan memeluk bola ini mulai berkembang setelah ia terpantau oleh Aurelio Pereira, pelatih tim junior Sporting Lisbon, pada 2003.
Aurelio adalah sosok yang bertanggung jawab membuat sporting dikenal sebagai tim dengan tradisi menciptakan banyak winger berbakat. Sebut saja Figo, Simao Sabrossa, Quaresma dan Cristiano Ronaldo.
Setelah mendapat bekal yang cukup sahabat gelandang Valencia, Manuel Fernandes, ini berkesempatan membuktikan diri besama tim utama di musim 2005/2006. Dibawah bimbingan pelatih Paulo Bento, yang sangat dikenal kedisiplinannya.
“Saya banyak belajar dari Bento, terutama soal kedisiplinan. Ia juga memberikan masukan tentang bagaimana saya menempatkan diri didalam lapangan dan yang terpenting ia membuat saya tetap rendah hati”, ucapnya di Sun News.
Kerendahan hatinya ini menjadi atribut yang sangat penting di masa adaptasinya saat pindah ke Manchester United pada juni 2007. Wajar jika saat itu ia langsung di cap sebagai Ronaldo baru.
Awalnya memang sulit, apalagi penyakit inkonsisten yang menghinggapi pemain muda yang menyerangnya. Ini membuat public mempertanyakan kepantasannya dihargai 14 juta pound. Tapi dengan kemauan dan terus belajar ia membuktikan diri.
Tentu bukan tanpa alasan sir alex Ferguson berani melepas Ronaldo yang selama dua tahun menjadi mentor langsung nani ke Real Madrid pada awal musim.
Ferguson melihat jagoannya ini sudah pantas menjalani peran lebih penting ketimbang CR dan Ryan gigs. Fergie pun tak khawatir dengan inkonsistensi karena sering bertambahnya usia. Kematangan bermain akan dating dengan sendirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar